1.
Apa itu Potensi Diri ?
Potensi artinya kemampuan atau kekuatan, yang bersifat fisik
maupun psikis. Namun Potensi itu masih merupakan kekuatan dasar (“modal dasar”)
yang harus diwujudkan dan dibuktikan secara nyata. Bila tidak demikian, maka
potensi itu akan terpendam.
Contoh : Bila seseorang siswa disebut
berpotensi tinggi seharusnya prestasi belajarnya juga terbukti baik.
Potensi diri adalah semua kekuatan,
kelebihan, kecakapan yang dimiliki oleh seseorang, baik yang dibawa sejak
lahir ( secara genetik )
maupun yang diperoleh dari pengalaman dan pelajaran (pendidikan).
(Sumber : Paket I
Bimbingan karier, Depdikbud, 1984)
Nah, apa saja potensi
Anda ? Bukankah setiap orang diberi sejumlah kekuatan dan kelebihan tertentu !?
2.
Bentuk – bentuk Potensi
Persis
seperti yang anda bayangkan, potensi memang banyak unsur dan ragamnya.
Potensi fisik
misalnya, terdiri atas : keadaan jasmaniah, ukuran / bentuk dan penampilan
fisik, kualitas inderawi ( daya melihat, mendengar, dll ); daya tahan tubuh,
kesegaran, kebugaran, kelenturan, kelincahan, kekuatan ( gerak / kerja ),
keseimbangan, dan kesehatan ( kesehatan gigi, mata, pernafasan, pencernaan,
persendian, dll ).
Potensi non fisik antara lain : Intelegensi (
kecerdasan, bakat, minat, hobi, ciri / sifat kepribadian, kemantapan emosional,
motivasi, sikap, kreativitas, daya tanggap, dan lain – lain.
Dewasa ini juga
dikaji, tentang adanya potensi kecerdasan emosional ( emotional qoutient ),
kecerdasan ( kemampuan ) dalam mengatasi kesulitan – kesulitan ( adversity
qoutient ) dan potensi keimanan atau kecerdasan spiritual ( spiritual qoutient ).
3.
Mengembangkan potensi diri
Kadang kita
prihatin, melihat layu dan gugurnya kuncup bunga yang belum sempat mekar.
Karena si empunya lalai tidak menyiramkan air segar.
Demikianlah kuncup – kuncup potensi diri kita.
Ia butuh siraman air pengembangan. Ia butuh upaya dan kerja keras. Ia perlu
kesabaran dan daya tahan. Lalaikah Anda, sang Empunya potensi itu ?
Sejenak
telusurilah macam – macam potensi dan kekuatan Anda !!
a.
Potensi Intelektual
Kemampuan intelektualnya adalah kecerdasan
atau intelegensi. Satuan ukurannya ialah Intellegence Qoutient (IQ).
Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah, serta mengolah dan menguasi lingkungan secara efektif ( Marthen
Pali,1993 ).
Untuk mengetahui intelegensi dapat dilakukan
dengan cara sekilas yakni mengamati hasil belajar sehari – hari (nilai ulangan
harian sampai nilai rapor); atau secara teliti melalui pemeriksaan psikologis
dengan tes intelegensi.
Yang terakhir ini menghasilkan angka – angka
yang menggambarkan taraf kecerdasan tertentu, misalnya :
No.
|
IQ
|
Klasifikasi
|
Prestasi Minimal
|
1.
|
- 79
|
Kemampuan Intelektual Rendah
|
-
|
2.
|
80 – 89
|
Kemampuan
Intelektual Di bawah rata – rata
|
5,5
|
3.
|
90 – 109
|
Kemampuan Intelektual Rata – rata
|
6
|
4.
|
110 – 119
|
Kemampuan Intelektual di Atas rata –
rata
|
7
|
5.
|
120 – 135 +
|
Kemampuan Intelektual Superior
|
9
|
Sumber
: Marthen Pali, 1993
b.
Kecerdasan Sosial
Tingginya taraf kecerdasan rasional (otak)
terbukti belum menjamin gemilangnya prestasi seseorang dalam kehidupan sehari –
hari ketika belajar / bergaul dan berinteraksi sosial secara nyata. Untuk itu,
ada upaya mengidentifikasi jenis kecerdasan lain.
Dicobalah menemukan kecerdasan jenis lain itu,
dan dinamai kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini, terdiri dari kepekaan
sosial, komunikasi yang baik, empati, pengertian / pemahaman terhadap orang
lain (Munandir, 1995).
c.
Kecerdasan Emosional (Emotional
Qoutient)
Kecerdasan
emosional adalah intelegensi dunia perasaan seorang individu. Seorang pakar
mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan individu untuk mengenali
emosi (perasaan) diri sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri,
dan mengelola emosi itu dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya
dengan orang lain (Goleman, 1999 dalam Ramli, 2001).
Bisa terjadi seseorang yang cerdas (otaknya)
namun dapat menjadi sedemikian tidak rasional (menjadi “bodoh”). Mengapa ?
Kcerdasan akademis (IQ) sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional.
Dapat saja orang yang paling cerdas pun diantara kita, terperosok ke dalam nafsu
tak terkendali dan meledak – ledak ! (Goleman, 1999).
d.
Kecerdasan Emosional (Emotional
Qoutient)
Bakat
adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar / bekerja dalam tempo yang
relatif pendek dibandingkan dengan orang lain, namun hasilnya justru lebih
baik.
Contoh
: Seseorang yang berbakat melukis, akan lebih cepat bisa dan cepat
menyelesaikan pekerjaan melukis tersebut, dibandingkan dengan orang lain yang
tingkat bakatnya dibawahnya. Bakat (aptitude) juga bermakna potensi yang akan diwujudkan di waktu yang
akan datang. Maksudnya bakat menunjukkan adanya peluang saja, yakni peluang
keberhasilan (Munandir, 1995). Maka tidak heran ada istilah bakat terpendam.
Dengan kata lain bakat harus disemaikan,
diwujudkan, dan dikembangkan. Kalau tidak, lepaslah peluang keberhasilannya.
Untuk mengembangkan potensi bakat perlu menggerakkan seluruh aspek
JENIS BAKAT
Menurut beberapa referensi test bakat,
dikenali adanya contoh jenis – jenis bakat, yaitu : bakat verbal, bakat
numerikal.
·
Verbal : Konsep – konsep yang
diungkapkan dalam bentuk kata – kata
·
Numerikal : Konsep –
konsep dalam bentuk angka – angka
·
Skolastik : Kombinasi
kata – kata dan angka – angka
·
Abstrak : Aspek yang tidak berupa
kata maupun angka, namun berbentuk pola, rancangan, diagram dengan ukuran –
ukuran, bentuk dan posisi – posisinya.
·
Mekanik : Prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin,
perkakas, dan alat – alat lainnya.
·
Relasi ruang : Mengamati, mencitrakan pola dua dimensi / berpikir dalam
tiga dimensi.
·
Kecepatan Ketelitian Klerikal : Tugas tulis menulis, ramu meramu
untuk kantor, laboratorium dan lain – lain.
·
Bahasa :
Penalaran analitis tentang bahasa, misalnya untuk jurnalistik, stenografi,
penyiar, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lain.
e.
Kecerdasan Spiritual
Suatu kecerdasan yang bersangkut paut dengan
pengikatan diri dengan Zat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan.
Kecerdasan spiritual merupakan kepekaan batin
seseorang untuk melihat dan merasakan perbedaan antara suatu kebaikan dan
keburukan, suatu kemampuan diri untuk memilih dan berpihak kepada kebaikan dan
merasakan nikmatnya seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi
akan tidak mudah cepat putus asa, pantang menyerah, hidupnya akan penuh dengan
harapan dan ketenangan hati. Ia sadar bahwa dirinya itu milik Tuhan Yang Maha
Kuasa dan Tuhan adalah sumber kebaikan.
f.
Minat ( Interest )
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Orang yang berminat pada suatu hal akan
memberi perhatian, mencarinya, mengarahkan diri, berusaha mencapai / memperoleh
sesuatu itu. (Munandir, 1995).
Minat dapat membangkitkan “power”, kekuatan,
dorongan yang mengarahkan kepada optimalisasi pendakian objek tertentu. Dengan minat, seseorang dapat menghadapi hal
yang berat menjadi ringan, yang jauh akan terasa dekat, pelajaran yang sulit
terasa mudah.
Guilford, 1956,
membedakan minat menjadi : minat vokasional menunjuk pada bidang – bidang
pekerjaan.
Minat vokasional
yaitu minat untuk memperoleh kepuasan dari kegiatan tertentu, misalnya petualangan,
hiburan, apresiasi, artistik, ketelitian, dan lain – lain.
Minat Vokasional terdiri dari tiga faktor,
yakni :
1.
Minat profesional yakni minat dan
keilmuan, ekspresi aestitis (seni), dan kesejahteraan sosial.
2.
Minat komersial yaitu minat pada
pekerjaan dunia usaha / bisnis, jual beli, periklanan, kesekretariatan,
akuntansi dan sebagainya.
3.
Minat kegiatan fisik yaitu minat
mekanik (tata kerja mesin), kegiatan luar (out door).
Minat juga dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Sekelompok orang yang suka / berminat bekerja
dengan benda – benda (mesin, perkakas, tanaman di ruang terbuka).
2. Sekelompok orang yang berminat pada pekerjaan
administrasi, mengolah angka dan data, taat pada peraturan dan cermat.
3. Mereka yang suka bisnis dan berorganisasi,
mengajak / mempengaruhi dan mempresentasikan sesuatu.
4.
Mereka yang berminat pada kegiatan
sosial : mengajar, merawat komunikasi, memberi informasi, dan lain – lain.
5.
Mereka yang berminat pada kegiatan
ekspresi seni, intuitif, imajinasi dan kreativitas.
6.
Mereka yang berminat pada kegiatan
mengamati, meneliti, menganalisis, mengevaluasi, lebih banyak berpikir dari
pada bertindak.
Sedangkan Kuder memilah minat menjadi : minat
kegiatan luar (out door), mekanikal, komputasional, ilmiah, persuasif,
artistik, kesusastraan, musik, pelayanan sosial, klerikal.
Catatan : minat adalah hasil belajar,
artinya minat dapat berubah – ubah sesuai dengan perkembangan wawasan dirinya. Yang saat ini diminati, mungkin pada saat
mendatang tak disukai lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar